MANGGUREBEMAJU.COM, Ambon, 30 September 2025 – Talk show bertajuk “Ambon-Maluku Tangguh Bencana: Kolaborasi Lintas Sektor Wujudkan Ketangguhan Hadapi Bencana” sukses digelar di Lantai 2 Swiss-Belhotel Ambon, Selasa (30/9). Kegiatan ini menjadi momentum strategis dalam memperkuat sinergi antara pemerintah, lembaga agama, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas dalam membangun ketangguhan menghadapi bencana di Maluku.
Ketua Yayasan Sagu Salempeng, Pdt.Jeny Elna Mahupale, S.Si., M.A., menyampaikan bahwa yayasan yang telah berdiri sejak 2012 ini terus berkomitmen untuk mendampingi masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah eks-konflik, dalam aspek sosial dan ekonomi, termasuk dalam upaya pengurangan risiko bencana.
“Yayasan Sagu Salempeng didirikan oleh Prof. John Ruhulesin pada 2012, dan resmi berbadan hukum sejak 2016. Sejak awal, fokus kami adalah rehabilitasi masyarakat di daerah eks-konflik dan peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas,” jelas Jeny.
Dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun, yayasan ini telah mendampingi sejumlah desa, termasuk Poka, Rumah Tiga, Waai, Suli, dan Suli banda. Namun sejak 2023, fokus pendampingan dilakukan pada enam desa: Poka, Rumah Tiga, Batu Merah, Nania, Waiheru, dan Tial.
Sejak 2023 hingga 2025, Yayasan Sagu Salempeng memusatkan perhatian pada isu ketahanan pangan, pengurangan risiko bencana, dan ‘safeguarding’ atau perlindungan masyarakat. Melalui pelatihan selama tiga tahun, forum pengurangan risiko bencana kini telah terbentuk di setiap desa dampingan, lengkap dengan Surat Keputusan (SK) dari pemerintah desa/negeri masing-masing.
“Tujuan kegiatan hari ini adalah agar forum-forum tersebut dapat mendengar secara langsung strategi dan komitmen dari pemerintah kota, provinsi, legislatif, serta tokoh-tokoh agama dalam menghadapi tantangan bencana ke depan,” tambah Jeny.
Yayasan Sagu Salempeng merupakan mitra Gereja Protestan Maluku (GPM) dan UnitingWorld dari Australia, serta aktif menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Dalam kegiatan ini, pendanaan sepenuhnya berasal dari UnitingWorld, sementara pemerintah kota dan provinsi turut memberikan dukungan kehadiran dan komitmen terhadap isu kebencanaan.
Selain pelatihan dan pendampingan masyarakat desa, yayasan ini juga aktif dalam kerja lintas agama—mengintegrasikan komunitas Kristen dan Muslim dalam berbagai program sosial dan ekonomi, termasuk edukasi kebencanaan di sekolah, gereja, dan masjid.
“Kami percaya bahwa ketangguhan tidak bisa dibangun sendiri. Harapan kami ke depan, gereja, pemerintah, masyarakat, dan semua lembaga agama bisa saling bergandengan tangan. Karena bencana datang tanpa kita tahu kapan, tapi jika kita siap, maka kita bisa menghadapinya bersama,” tutup Jeny.
Yayasan Sagu Salempeng juga merupakan anggota aktif dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Provinsi Maluku dan telah menjalin kerjasama erat dengan berbagai lembaga seperti BPBD, Basarnas, PMI, serta komunitas-komunitas lokal lainnya.(LD).
Komentar